MAKALAH FISIOLOGI OLAHRAGA OTOT DAN OLAHRAGA
MAKALAH FISIOLOGI OLAHRAGA
OTOT DAN OLAHRAGA

DENNY ARIANSYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Olahraga merupakan
suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan
memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dalam perkembangannya dapat dilakukan
sebagai kegiatan yang menghibur, menyenangkan atau juga dilakukan untuk tujuan
meningkatkan prestasi. Selain itu, olahraga meruapakan kegiatan yang dibutuhkan
oleh setiap manusia, dengan berolahraga dapat mendapatkan kesegaran jasmani,
kesegaran pemikirannya dan berprestasi dalam pekerjaanya sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja. Disisi lain juga olahraga dapat dijadikan
ajang kompetisi untuk berpacu dalam pencapaian sebuah prestasi baik secara
individu maupun kelompok.
Dalam
kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan
organ lainnya, contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi
untuk bergerak aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang
bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus
dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu
struktur filamen yang berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks,
yaitu filamen aktin dan miosin (Awik, 2004).
Otot merupakan suatu organ yang
sangat penting bagi tubuh kita, karena dengan otot tubuh kita dapat berdiri
tegap. Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh kita agar
dapat bergerak. Otot merupakan alat gerak aktif, ini adalah suatu sifat yang
penting bagi organisme. Sebagaian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka
yang menyebabkan dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan
bagian-bagian kerangka dalam suatu letak yang tertentu.
Otot merupakan sebuah alat yang
menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Dalam tubuh kita terdiri dari
bermacam-macam jenis otot serta mempunyai sifat dan cara kerja sendiri-sendiri,
untuk saling menujang agar kita dapat bergerak.
Nyeri otot
atau myalgia adalah rasa sakit atau nyeri yang muncul pada bagian otot. Ini
adalah kondisi yang umum dan bisa terjadi pada semua orang. Nyeri otot biasanya
terkait dengan tingkat ketegangan, terlalu banyak beraktivitas, atau cedera
dari olahraga dan/atau bekerja. Nyeri otot mulai terasa ketika Anda sedang
melakukan aktivitas atau setelahnya.
Nyeri otot bisa dirasakan pada bagian mana pun karena hampir seluruh bagian
tubuh memiliki jaringan otot dan biasanya tidak hanya melibatkan satu otot
saja. Kondisi ini bisa melibatkan ligamen, tendon, dan fasia. Fasia adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan otot dan jaringan di
sekitarnya seperti saraf dan pembuluh darah.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas yang telah dikemukakan, apakah
ada cara penanganan untuk masalah nyeri otot?
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah fisiologi ini untuk mengetahui
seberapa besar manfaat penanganan terhadap kasus nyeri otot?
1.4 Manfaat
A.
Bagi Penulis
-
Menambah
dan memperluas pengetahuan tentang kondisi penanganan nyeri otot.
-
Memberikan
infomasi kepada fisioterapi pada khususnya kepada tenaga kesehatan pada umumnya
bahwa banyak macam cara untuk menangani kasus nyeri otot.
B.
Bagi
Pembaca
-
Memberikan informasi dan pengetahuan
tentang penanganan nyeri otot, serta cara menangani kasus nyeri otot tersebut.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Otot
Otot
adalah sebuah jaringan dalam tubuh yang tugas utamanya kontraksi, danterbentuk
atas fiber ( fibre) yangterdiri dari myofibril yang tersusun atas sel filamen
dari molekul myosinyang saling tumpang tindih ( overlap) dengan filamen dari
molekul aktin dengan ukuranfiber panjang 10 – 400 mm dengan diameter 0,01 – 0,1
mm. Serabut otot ( muscle fibre) bervariasi antara satu otot dengan otot
lainnya. beberapa diantaranya memiliki gerakan yang lebih cepat dariyang lain,
seperti yang terjadi pada otot yang dipakai untuk mempertahankan kontraksi
badan misalnya otot otot pembentukan postur tubuh. Otot yang pucat
menggambarkan kontraksi otot yang cepat, namun dengan latihan yang rutin dan
kontinyu akan menghasilkan kekuatan otot yang prima. Dan merupakan hal penting
bagi ergonom untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk menopang beban
statis yang harus diminimumkan. Sistem otot terdiri atas beberapa bagianyang
satu dengan lainnya terpisah ( Raven 2002 ). Sistem otot melekat pada tulang
yang terdiri dariotot serat lintang dengan sifat gerakan dapat diatur (
volunter) yang berfungsi untuk :
1) Melakukan
pergerakan pada bagian bagian tubuh / berjalan.
2) Mempertahankan
sikap tertentu sebagai akibat dari kontraksi otot yang secara lokal
memungkinkan untuk melakukan sikap duduk, berdiri dan jongkok.
3) Menghasilkan
panas sebagai akibat proses kimia dalam otot yang dapat digunakan untuk
mempertahankan suhu tubuh
Dalam
upaya mengevaluasi tuntutan kerja fisik dari tubuh manusia, maka para ahli
ergonomi membedakan kerja otot menjadi 2 (dua ) yaitu :
1) .Kerja
dinamis : Cirinya adalah otot bekerja secara kontraksi dan relaksasidengan
ritmik dari otot, sehingga oksigen yang diperlukan dan sisametabolisme yang
harus dibuang menjadi efektif.
2) .Kerja
statis : Cirinya adalah otot berkontraksi lama sehingga aliran darah kejaringan
otot terbatas menyebabkan kebutuhan oksigen dan pembuangan sisa metabolisme
menjadi tidak efektif. Kerja statis mempercepat habisnya adenosintriphoshat dan
Creatin phospat. Kerja statis memerlukan waktu istirahat lebih lama ( Bridger
1995 ). Menurut Tjandra ( 1998 ) pembagian otot skeletal berdasarkan lokasinya
terdiri dari atas : otot leher, bahu, pinggang, dada, lengan atas bawah, paha
dan betis
2.2Fisiologi
Nyeri
Definisi
nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain(IASP,
1979)adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan
jaringanSebagai mana diketahui bahwa nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan
derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeri bersifat individual yang
dipengaruhi oleh genetik,latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin.
Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan hanya bergantung pada
pemeriksaan fisik sepenuhnya sertates laboratorium mengarahkan kita pada
kesalah pahaman dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri terutama pada
pasien pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak anak dan pasien
dengan gangguan komunikasi. Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan,
suhu, kimia) atau paska pembedahan harus dilakukan penanganan nyeri yang
sempurna, karena dampak dari nyeri itu sendiri akan menimbulkan respon stres
metabolik (MSR) yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh dan memperberat
kondisi pasiennya. Hal ini akan merugikan pasien akibat timbulnya perubahan
fisiologi dan psikologi pasien itu sendiri, seperti
1. Perubahan
kognitif (sentral) : kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus asa
2. Perubahan
neurohumoral : hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka
3. Plastisitas
neural (kornudorsalis), transmisi nosiseptif yang difasilitasi sehingga
meningkatkan kepekaan nyeri
4. Aktivasi
simpatoadrenal : pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikardi
5. Perubahan
neuroendokrin : peningkatan kortisol, hiperglikemi, katabolisme
Nyeri pembedahan sedikitnya
mengalami dua perubahan, pertama akibat pembedahan itu sendiri yang menyebabkan
rangsangan nosiseptif dan yang kedua setelah proses pembedahan terjadi respon
inflamasi pada daerah sekitar operasi, dimana terjadi pelepasan zat zat kimia
(prostaglandin, histamin, serotonin, bradikinin, substansi P dan lekotrein)
oleh jaringan yang rusak dan sel-sel inflamasi. Zat zat kimia yag dilepaskan
inilah yang berperan pada proses transduksi dari nyeri
2.2Mekanisme Nyeri
Nyeri
merupakansuatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan.
Pengalaman sensoris pada nyeri akutdisebabkan oleh stimulus noksius yang
diperantarai olehsistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai
dariperifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan korteks
serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, makasistem nosiseptif akan
bergeser fungsinya dari fungsiprotektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan
jaringan yang rusak Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk
mempercepat perbaikan kerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga
stimulus non noksius atau noksius ringan yang mengenai bagian yang meradang
akan menyebabkan nyeri. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan
menghilangkan respon inflamasi
2.3Sensitisasi
Perifer
Cidera
atau inflamasi jaringanakan menyebabkan munculnya perubahan lingkungan kimiawi
pada akhirnosiseptor. Sel yang rusak akan melepaskan komponen intraselulernya
seperti adenosine trifosfat, ion K+, pH menurun, sel inflamasi akan
menghasilkan sitokin, chemokinedan growth factor. Beberapa komponen diatas akan
langsung merangsang nosiseptor (nociceptor activators) dan komponen lainnya
akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebihhipersensitif terhadap rangsangan
berikutnya (nociceptor sensitizers)Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin
E. akan mereduksi ambang aktivasi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung
saraf dengan cara berikatan pada reseptor spesifik di nosiseptor. Berbagai
komponen yang menyebabkan sensitisasi akan muncul secara bersamaan,
penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut tidak akan
menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi periferakan menurunkan ambang
rangsang dan berperan dalam meningkatkan Nyeri sensitifitas nyeri di tempat
cedera atau inflamasi
2.4
Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi
nyeri dapat berdasarkan waktu, yaitu: nyeri akut dan kronis dan dapat
berdasarkan etiologi, yaitu: nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik
a.Nyeri Akut dan Nyeri Kronik
Nyeriakut
terjadi karena adanya kerusakan jaringan yang akut dan tidak berlangsung lama.
Sedangkan nyeri kronik, tetap berlanjut walaupun
lesi sudah sembuh. Ada yang memakai batas
waktu 3 bulan sebagai nyeri kronik. Intensitas nyeri dapat dinilai salah
satunya menggunakan Visual Analogue Scale(VAS). Skala ini mudah digunakan
bagi pemeriksa, efisien dan lebih
mudah dipahami oleh pasien Klasifikasi
berdasarkanintensitas nyeri yang
dinilai dengan Visual Analog
Scale(VAS) adalah angka 0 berarti
tidak nyeri dan angka 10 berarti
intensitas nyeri paling berat.
Berdasarkan
VAS, maka nyeri dibagi atas :
a.Nyeri ringan dengan nilai VAS : < 4
(1-3).
b.Nyeri sedang dengan nilai VAS : (4 -7).
c.Nyeri berat dengan nialai VAS : >7 (
8-10)

(Numeric paint rating scale)
b.Nyeri Nosiseptif dan Nyeri
Neuropatik
Nyeri
secara patofisiologi dapat dibagi menjadi nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif
adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan olehrangsangan
kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang
bertanggung jawab terhadap rangsang
nyeri). Nyeri nosiseptif biasanya memberikan respon terhadap analgesikopioid atau non opioid.
Nyeri
neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat
yang meliputi jalur
sarafaferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk. Pasien yang neuropatik
sering memberi respon yang kurang baik
terhadap analgesik opioid
2.5Faktor
yang mempengaruhi respon nyeri
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri diantaranya yaitu
berupa usia, jenis kelamin, etnis dan budaya:
a.Usia
Batasan
usia menurut Depkes RI (2009) yaitu anak-anak mulai usia 0-12 tahun, remaja
usia 13-18 tahun, dewasa usia 19-59 tahun, lansia usia lebih dari 60 tahun.
Usia mempunyai peranan yang penting dalam mempersepsikan dan mengekspresikan
rasa nyeri. Pasien dewasa memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri
dibandingkan pada lansia. Nyeri dianggap sebagai kondisi yang alami dari proses
penuaan. Cara menafsirkan nyeri ada dua. Pertama,rasa sakit adalah normal dari
proses penuaan. Kedua sebagai tanda penuaan. Usia sebagai faktor penting dalam
pemberian obat. Perubahan metabolik pada orang yang lebih tua mempengaruhi
respon terhadap analgesik opioid. Banyak penelitian telah dilakukan untuk
mengetahui pengaruh usiaterhadap persepsi nyeridan hasilnya sudah tidak
konsisten.
Washington,
Gibson dan Helme (2000) menemukan bahwa orang tua membutuhkan intensitas lebih
tinggi dari rangsangan nyeri dibandingkan orangusia muda. Menurut Edwards &
Fillingham (2000) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan persepsi nyeri rang muda
dengan orang tua, sedangkan menurut Li,Green-wald dan Gennis (2001) menemukan
bahwa nyeri pada lansia pasienmerupakan bagian dari proses penuaan. Pasien usia
lanjut melaporkan nyeri kurang signifikan dibandingkan pasien yang lebih muda.
b. Jenis
kelamin
Responnyeri
di pengaruhi oleh jenis kelamin. Logan dan Rose (2004) telahmelakukan
penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk mengetahui perbedaanrespon nyeri
antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan dalam merespon nyeri yaitu perempuan mempunyai respon
nyeri lebih baik dari pada laki-laki..
c. Etnis
Data-data
menunjukkan bahwa golongan kulit hitam di Amerika menunjukkan toleransiyang
rendah bila dibandingkan orang kulit hitam untuk stimulus spesifik termasuk
rasa panas, nyeri iskemik, tekanan, dinginOrangkulit hitam juga menunjukkan
rating yang lebih tinggi terhadap intensitas dan ketidaknyamanan nyeri dan
lebih sering melakukan strategi penghindaran nyeri pasif . Hal ini sejalan
dengan penelitianyang melaporkan bahwa orangkulit hitam memiliki levelnyeri
lebih tinggi untuk migrain,nyeri pasca operasinyeri myofasialdan nyeri
kroniknon kankerHal ini menunjukkan bahwa bahwa faktor etnik dapat memiliki
hubungan langsung terhadap aspek sensitivitas nyeri dan pelaporannya.
d.
Pendidikan
Tingkat
pendidikan mempunyai hubungan negatif dengan persepsi nyeri, semakin rendah
pendidikan menyebabkan peningkatan intensitas nyeri dan disabilitas akibat
nyeri. Hal tersebut berhubungan dengan strategi coping, yaitu konsekuensi
masing-masing individu untuk menilai suatu keadaan.
e.Budaya
Orang
belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka beresponterhadap nyeri
misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan jadi mereka tidak
mengeluh jika ada nyeri. Suza (2003), menemukan bahwa orang Jawa dan Batak
mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri. Dia menemukan bahwa pasien Jawa
mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan hanya diam, menunjukkan sikap tabah,
dan mencoba mengalihkan rasa sakit melalui kegiatan keagamaan. Ini berarti
bahwa pasien Jawa memiliki kemampuan untuk mengelolanya. Di sisi lain, pasien
Batak meresponnyeri dengan berteriak, menangis, atau marah dalam rangka untuk mendapatkan
perhatian dari orang lain, sehingga menunjukkan ekspresif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pasien dengan budaya yang berbeda dinyatakan dalam cara yang
berbeda yang mempengaruhi persepsi nyeri
2.6 Faktor yang
Mempengaruhi Terjadinya Nyeri
Beberapa
faktor yang diperkirakan mempengaruhi terjadinya nyeri mencakup (Kaplan and
Sadock, 1997) dalam jurnal (Intan Novita, 2010)
1.
Faktor psikodinamik. Arti simbolik dari gangguan tubuh
mungkin berhubungan dengan penebusan dosa atau kesalahan atau agresi yang ditekan. Nyeri dapat berfungsi sebagai cara
untuk mendapatkan cinta, suatu hukuman
karena kesalahan, dan cara untuk menebus kesalahan serta bertobat akan
keburukan. Mekanisme pertahanan yang digunakan oleh pasien dengan gangguan
nyeri adalah pengalihan, substitusi, dan represi.
2.
Faktor perilaku. Perilaku sakit adalah didorong jika
disenangi dan dihambat jika diabaikan atau dihukum.
3.
Faktor interpersonal. Nyeri yang sukar disembuhkan
dipandang sebagai cara untuk memanipulasi dan mendapatkan keuntungan dalam
hubungan interpersonal.
4.
faktor biologis. Korteks cerebral dapat menghambat
pemicuan serabut nyeri aferen. Serotonin kemungkinan merupakan neurotransmitter
utama di dalam jalur inhibitor desenden, dan endorphin juga berperanan dalam
modulasi nyeri oleh sistem saraf pusat. Defisiensi endorphin tampaknya
berhubungan dengan penguatan stimuli sensorik yang datang. Beberapa pasien
mungkin memiliki gangguan nyeri, bukannya gangguan mental lain, karena
struktural sensorik dan limbik atau kelainan kimiawi yang mempredisposisikan
mereka mengalami nyeri.
2.7
Patofisiologi
Nyeri
Patofisiologi nyeri ini dapat digambarkan sebagai berikut :Reseptor nyeri
disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon
terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, deformasi, suhu yang
ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif,
reseptor-reseptor lain misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim
informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia yang memperparah
nyeriantara lain adalah histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin,
ion kalium, dan ion hydrogen. Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat
cedera, hipoksia, atau kematian sel.
Nyeri
cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat
(slow pain) disalurkan ke korda spinalisoleh serat C lambat.Serat-serat C
tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P sewaktu bersinaps di korda
spinalis. Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat nyeri bersinaps di
neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen. Namun, sebagian serat berjalan ke atas
atau ke bawah beberapa segmen di korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah
mengaktifkan sel-sel di korda spinalis, informasi mengenai rangsangan nyeri
dikirim oleh satu dari dua jaras ke otak -traktus neospinotalamikus atau
traktus paleospinotalamikus. Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam
serat-serat A delta di salurkan ke otak melalui serat-serat traktus
neospinotalamikus. Sebagian dari serat tersebut berakhir di reticular
activating system danmenyiagakan ndividu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian
besar berjalan ke thalamus. Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks
sensorik somatiktempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti.
Informasi yang dibawa ke korda
spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke
otak melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan
ke daerah reticulardibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut
daerah grisea periakuaduktus. Serat-serat paleospinotalamikus yang berjalan
melalui daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan system
limbik. Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik memiliki lokalisasi
difus dan menyebabkan distress emosi berkaitan dengan nyeri.
BAB III
KASUS
3.1 Latar Belakang Kasus
Nyeri otot atau myalgia adalah rasa sakit atau nyeri
yang muncul pada bagian otot. Ini adalah kondisi yang umum dan bisa terjadi
pada semua orang. Nyeri otot biasanya terkait dengan tingkat ketegangan,
terlalu banyak beraktivitas, atau cedera dari olahraga dan/atau bekerja. Nyeri
otot mulai terasa ketika Anda sedang melakukan aktivitas atau setelahnya.
Nyeri otot bisa dirasakan pada bagian mana pun karena
hampir seluruh bagian tubuh memiliki jaringan otot dan biasanya tidak hanya
melibatkan satu otot saja. Kondisi ini bisa melibatkan ligamen, tendon, dan
fasia. Fasia adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan otot dan jaringan di sekitarnya seperti
saraf dan pembuluh darah.

3.2 Penyebab Munculnya Nyeri Otot
Nyeri otot yang dirasakan seseorang sering kali
menghilang hanya dalam beberapa hari, tapi kondisi ini bisa juga bertahan
hingga berbulan-bulan. Nyeri otot bisa juga menjadi tanda dari kondisi lain
yang berdampak kepada seluruh bagian tubuh, seperti terkena infeksi dan
menderita penyakit lupus (kelainan yang memengaruhi jaringan ikat yang ada di
seluruh tubuh).
Berikut ini
beberapa penyebab umum yang bisa mengakibatkan munculnya nyeri otot.
- Terlalu memaksakan otot saat beraktivitas fisik secara berlebih, cepat, dan terlalu sering.
- Otot terkilir dan tegang karena cedera atau trauma.
- Ketegangan atau stres yang terjadi pada salah satu atau beberapa bagian tubuh.
Nyeri otot
bisa terjadi akibat penyakit atau kondisi di bawah ini.
- Fibromyalgia. Kondisi pada saat otot dan jaringan lunak akan terasa sakit saat disentuh, disertai dengan kesulitan tidur, kelelahan, dan sakit kepala.
- Dermatomiositis. Penyakit peradangan yang cukup langka, disertai tanda-tanda ruam dan otot yang terasa lemas.
- Lupus. Ini adalah penyakit peradangan kronis di mana sistem kekebalan tubuh keliru menyerang jaringan dan organ tubuhnya sendiri.
- Infeksi. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus bisa menimbulkan nyeri otot pada tubuh Anda. Misalnya flu, Penyakit Lyme, infeksi Staphylococcus.
- Polimiositis. Penyakit peradangan yang menyebabkan otot lemah dan terjadi pada kedua sisi tubuh.
- Rheumatoid arthritis. Peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan kaku pada persendian.
- Distonia. Kondisi yang menyebabkan otot-otot Anda berkontraksi secara tidak disengaja.
- Rabdomiolisis. Kondisi di mana jaringan otot hancur dan masuk ke dalam aliran darah. Kondisi ini bisa membahayakan nyawa seseorang jika tidak segera ditangani.
- Efek samping obat-obatan. Beberapa obat yang bisa menyebabkan nyeri otot adalah statin yang berfungsi menurunkan kolesterol, kelompok obat penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) untuk menurunkan tekanan darah, dan kokain.
3.3 Pengobatan Nyeri Otot
Mengenai teknik mengobati nyeri otot tidak terbatas
pada satu cara karena upaya ini bisa dilakukan di mana saja, baik sendiri
maupun oleh tenaga medis.
3.4 Penanganan
di Rumah
Biasanya, nyeri otot tidak memerlukan penanganan medis
secara khusus, jadi Anda bisa menerapkan beberapa cara sederhana di rumah untuk
meredakan gejala yang dialami, misalnya:
- Mengonsumsi obat pereda rasa sakit yang dijual bebas, seperti parasetamol atau ibuprofen.
- Untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, kompres bagian yang sakit dengan es batu selama 1-3 hari.
- Mengistirahatkan bagian yang terasa sakit dan nyeri.
- Pijatan lembut juga bagus untuk meredakan rasa nyeri pada otot.
- Tidur yang cukup dan menghindari stres.
- Yoga dan meditasi juga bisa meredakan ketegangan pada otot-otot yang bermasalah.
- Latihan dan olahraga secara rutin bisa membantu mengembalikan ketegangan otot , misalnya dengan berjalan, bersepeda, atau berenang. Mulailah dengan porsi latihan dan olahraga secara ringan agar tidak memperparah kondisi yang sudah dialami.
3.5 Penanganan
oleh Tenaga Medis Profesional
Nyeri otot umumnya bukanlah gejala dari kondisi medis
yang berbahaya dan bisa ditangani sendiri di rumah. Meski begitu, terdapat
beberapa tanda bahwa nyeri otot yang dialami merupakan gejala dari penyakit
serius hingga memerlukan penanganan medis.
- Rasa sakit yang dirasakan sulit dijelaskan dan sangat parah.
- Setelah penanganan sendiri, nyeri otot tidak juga menghilang.
- Nyeri otot disertai ruam atau pembengkakan di sekitar otot yang terasa sakit.
- Muncul tanda-tanda telah terjadi infeksi seperti demam.
- Nyeri otot muncul setelah gigitan kutu.
- Nyeri otot muncul setelah Anda mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Jika gejala di bawah ini muncul, Anda harus
menganggapnya sebagai kondisi darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit
atau klinik medis terdekat.
- Kesulitan menelan.
- Sesak napas.
- Berat badan bertambah dengan cepat.
- Urine yang dibuang lebih sedikit dari biasanya.
- Anda tidak bisa menggerakkan beberapa bagian tubuh atau mengalami otot lemas.
- Bagian leher terasa kaku.
- Demam tinggi.
- Muntah-muntah.
3.6 Hal-hal yang Bisa Dilakukan Untuk Mencegah Nyeri
Otot
Nyeri otot yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh
aktivitas fisik secara berlebihan dan memaksakan bagian otot tertentu untuk
bekerja lebih keras. Untuk menurunkan risiko mengalami nyeri otot, Anda bisa
lakukan beberapa cara di bawah ini:
- Lakukan pemanasan dan pendinginan saat berolahraga.
- Lakukan peregangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik tertentu.
- Bagi yang bekerja di balik meja atau berada di posisi yang sama untuk waktu yang lama bisa meningkatkan risiko Anda mengalami nyeri otot. Cobalah lakukan peregangan secara teratur dan bangun dari tempat duduk Anda untuk berjalan-jalan sejenak. Setidaknya lakukan satu jam sekali.
- Jika Anda sering melakukan aktivitas fisik yang menguras tenaga, pastikan untuk minum banyak air untuk menghindari dehidrasi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2016, MUSCLE SOARNESS & MUSCLE CRAMPS,
https://www.google.com/search?q=jurnal+keram+otot+pdf&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b di akses pada
tanggal 1 September 2016.
Anonim,
2016, Nyeri Otot dan Myalgia, http://www.google.com/search?nyeri+otot+myalgia.pdf.
diakses pada tanggal 1 September 2016
Arovah Intan Novita, 2010, Diagnosis dan Manajemen Cedera Olahraga,
FIK Universitas Negeri Yogyakarta, http://www.google.com/search? Diagnosis dan Manajemen Cedera Olahraga.pdf diakses pada tanggal 1 September 2016.
Dewoto Hedi R, 2009, Nyeri Pada Muskuloskeletal, Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, http://www.google.com/search? nyeri _muskuloskeletal.pdf di akses pada tanggal 1 September 2016.
Komentar
Posting Komentar